Gunung Berapi Bawah Laut Oregon Kemungkinan Akan Meletus pada Pertengahan hingga Akhir tahun 2026

0
16

Gunung berapi bawah laut di lepas pantai Oregon diperkirakan akan meletus lagi, namun tidak dalam beberapa tahun ke depan. Gunung Laut Aksial, gunung raksasa yang bergejolak di Punggung Bukit Juan de Fuca, diperkirakan akan mencapai puncaknya antara pertengahan tahun 2026 dan akhir tahun 2026. Garis waktu ini membalikkan proyeksi sebelumnya yang memperkirakan letusan akan terjadi pada akhir tahun 2025.

Gunung Laut Aksial memegang gelar gunung berapi bawah laut paling aktif di Samudra Pasifik Timur Laut, yang pernah mengalami letusan pada tahun 1998, 2011, dan 2015. Perilakunya di masa lalu membantu para ilmuwan memahami masa depan gunung tersebut. Para ilmuwan memantau dengan cermat Gunung Laut Aksial untuk mencari tanda-tanda akan terjadinya letusan—khususnya penumpukan magma di bawah dasar laut (inflasi tanah) dan peningkatan aktivitas gempa bumi (kegempaan). Faktor-faktor ini cenderung meningkat sebelum letusan terjadi.

“Setelah berhasil memperkirakan letusan tahun 2015, kami telah mencoba memprediksi letusan berikutnya sejak saat itu,” jelas Bill Chadwick, peneliti di Oregon State University dan salah satu penulis Axial Seamount Blog. Dalam presentasinya baru-baru ini di American Geophysical Union, Chadwick dan timnya menyoroti bahwa letusan di Axial mengikuti pola berikut: periode kegempaan yang meningkat dan inflasi tanah yang stabil yang dipicu oleh kenaikan magma menyebabkan terjadinya letusan.

Setelah letusan tahun 2015, inflasi tanah secara bertahap menurun sepanjang tahun 2023 hingga mencapai hampir nol di musim panas. Namun, perubahan signifikan terjadi pada musim gugur tahun 2023 dengan adanya kembali inflasi dan aktivitas gempa bumi, yang menandakan perubahan pasokan magma ke gunung berapi tersebut. Awalnya, kebangkitan ini membuat para ilmuwan percaya bahwa letusan akan segera terjadi, mungkin pada tahun berikutnya.

Pada akhir tahun 2024, Gunung Laut Aksial telah mencapai 95% dari tingkat pengangkatan tanah yang diamati sebelum letusan tahun 2015. Namun, pada bulan April 2025, tingkat inflasi kembali melambat. Pada tanggal 27 Oktober 2025, Chadwick menyesuaikan prediksinya di Axial Blog: “Dibutuhkan waktu sedikit lebih lama dari perkiraan awal untuk mencapai ambang inflasi yang sama dengan yang dicapai gunung berapi sebelum letusan terakhirnya,” tulisnya, menempatkan jendela target baru antara pertengahan tahun 2026 dan akhir tahun 2026.

Pergeseran jangka waktu ini sebagian disebabkan oleh pola nyata peningkatan ambang batas inflasi pada setiap letusan di Gunung Laut Aksial. Para ilmuwan percaya hal ini terjadi karena magma yang naik ke permukaan menekan lapisan batuan di sekitarnya, sehingga letusan di masa depan lebih sulit terjadi di tempat yang sama. Fenomena ini menunjukkan bahwa meskipun tekanan terus meningkat, mencapai tingkat kritis membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan sebelumnya.

Meskipun ada kemajuan dalam memahami perilaku Axial, memprediksi letusan masih merupakan tugas yang kompleks karena sifat pergerakan magma dan tingkat inflasi yang tidak dapat diprediksi. Namun, ada perkembangan yang menjanjikan di masa depan. Chadwick dan timnya menggunakan model berbasis fisika baru yang secara akurat memprediksi letusan di masa lalu menggunakan data historis. Mulai 10 November 2024, mereka akan menerapkan model ini secara real time pada data pemantauan Axial Seamount saat ini, guna menghasilkan prediksi letusan yang lebih tepat. Namun, hasilnya baru akan terungkap setelah letusan berikutnya, sehingga memungkinkan dilakukannya pengujian ketat terhadap keakuratan model.

Попередня статтяNarwhals Menjadi Penasaran: Alat Perekam Bawah Air Ternyata Tidak Begitu Mencolok
Наступна статтяLonjakan Bahan Bakar Fosil, Energi Terbarukan Meningkat: Gambaran Perubahan Iklim di COP30