Wabah flu burung (H5N1) yang sangat patogen telah menyebabkan penurunan drastis populasi anjing laut gajah selatan terbesar di dunia di pulau terpencil Georgia Selatan. Survei udara baru-baru ini mengungkapkan adanya penurunan 47% dalam jumlah betina yang berkembang biak di tiga koloni besar, sehingga menimbulkan kekhawatiran serius mengenai kelangsungan hidup spesies ini dalam jangka panjang. Penelitian yang diterbitkan dalam Communications Biology ini memberikan gambaran suram tentang populasi yang sebelumnya dianggap stabil dan tangguh.
Skala Kematian
Para peneliti memperkirakan bahwa jika kerugian terjadi secara konsisten di seluruh koloni Georgia Selatan, lebih dari 50.000 induk betina mungkin akan musnah. Hal ini merupakan pukulan besar bagi spesies yang sudah menghadapi tekanan lingkungan. Penurunan populasi yang cepat dan parah ini sangat mengkhawatirkan, karena anjing laut gajah biasanya menunjukkan tingkat reproduksi yang lambat, sehingga sulit untuk pulih.
Ancaman Baru: Adaptasi Mamalia terhadap H5N1
Wabah ini menyoroti tren yang meresahkan: meningkatnya kemampuan H5N1 untuk menginfeksi mamalia. Secara historis, virus flu burung terutama terbatas pada burung. Namun, varian terbaru telah menunjukkan kemampuan yang tidak biasa untuk melompati spesies, menginfeksi hewan peliharaan seperti sapi dan kucing, serta mamalia liar termasuk rubah, beruang, dan rakun.
Pergeseran ini mengkhawatirkan karena menunjukkan bahwa virus sedang menjalani adaptasi evolusioner terhadap inang mamalia. Mekanisme pasti yang mendorong adaptasi ini masih dalam penyelidikan, namun konsekuensinya jelas: populasi satwa liar yang sebelumnya terisolasi kini rentan terhadap patogen yang sangat mematikan dan menyebar dengan cepat.
Implikasi Jangka Panjang terhadap Anjing Laut Gajah
Connor Bamford, ahli ekologi kelautan di British Antarctic Survey, menyatakan bahwa populasinya “hampir pasti akan mengubah status stabilnya saat ini menjadi status yang masih menimbulkan tanda tanya.” Artinya, masa depan koloni anjing laut gajah di Georgia Selatan kini tidak pasti.
Penyebaran virus ini dapat menyebabkan penurunan populasi lebih lanjut, sehingga berpotensi memicu dampak lanjutan pada ekosistem pulau tersebut. Anjing laut gajah memainkan peran penting dalam jaring makanan Antartika, dan hilangnya hewan tersebut dapat mengganggu keseimbangan kehidupan laut.
Risiko yang Lebih Luas: Kerentanan Mamalia Global
Wabah di Georgia Selatan bukanlah peristiwa yang terjadi sendirian. Varian H5N1 yang sama telah terdeteksi pada mamalia di berbagai benua, sehingga meningkatkan kekhawatiran tentang potensi ancaman pandemi terhadap satwa liar dan ternak. Kemampuan virus untuk menyebar melalui kontak langsung dan lingkungan yang terkontaminasi membuat upaya pembendungan virus menjadi sulit.
Situasi ini menggarisbawahi perlunya peningkatan pengawasan terhadap populasi satwa liar dan pengembangan vaksin yang efektif untuk melindungi hewan dan manusia. Tanpa tindakan proaktif, penyebaran H5N1 yang terus berlanjut dapat menyebabkan kerusakan ekologi dan gangguan ekonomi yang luas.
Kerugian besar yang diderita oleh anjing laut gajah di Georgia Selatan merupakan peringatan keras: dunia harus bersiap menghadapi masa depan di mana flu burung menjadi ancaman yang semakin besar terhadap kehidupan mamalia.






































































